Ramai menguak luka

Suatu hari menyambut ramai tuk sebagian yang  terlewat, hadir dan datang kembali. Berkumpul dengan semangat dan keringat yang sama untuk semua yang elok, tawa, canda dan keriangan. Dan akhirnya terusut satu persatu angin itu, teruangkap pertanyaan dulu yang  tak terjawab. Ah, saya enggan,  tuk bergemuruh lagi untuk 9 tahun yang sudah terkubur. Tak rela liang ini tergali dan terangkat ke atas lagi. Tak sanggup berdiri jika sang angin itu bartambah kencang, menghantam dan menghujam seperti badai. Hentikan angin itu! kalau tidak ku kan berlari ketempat-tempat yang tiada angin, yang tak membuka lagi luka berderet dan berselimut darah, oh ampun! aku tak kan sanggup.

Tentang anagustini

Semua bisa kecil tapi kalo semua berfungsi dengan baik, kenapa tidak.
Pos ini dipublikasikan di Prosa. Tandai permalink.

2 Balasan ke Ramai menguak luka

  1. Eka Wahyu Widodo berkata:

    Lumayan Ciamik Prosanya teh dian, tapi kita meman gak bisa terus melihat ke belakang dengan amarah kalo kata si Band OASIS mah, “Don’t Look Back in Anger”…Jangan pula menguak luka yang mendalam, nanti jadi koreng, btw…met kenal ya, kunjungi pula blog aku ya di ekaww.blogspot.com, dan jadikan aku temanmu ya

  2. jajang s berkata:

    komen nya bagus tapi kenapa ujung-ujungnya jadi ajang kencan ya…
    kade ah neng…

Tinggalkan komentar