Selepas maghrib saya masih berkeliaran di seputar jalan area perkantoran, hanya memenuhi janji dua orang sahabat lama untuk bertemu, bercerita dan melepaskan penatnya derita seorang pekerja. Istilah itu memang terlalu lebay tapi begitulah realitanya. Saya bergegas turun dari lantai 3 (tiga) tempat saya bekerja ke lantai G .Sebelumnya saya sempat mempersiapkan diri terlebih dahulu, rasanya ko awut-awutan banget ya, mematut-matut diri di kaca dan akhirnya rasa percaya diri itu muncul juga.

Kami berjanji bertemu di sebuah tempat makan tetapi bukan restaurant tempat itu tepatnya ada di depan kantor saya, kami memilih tempat itu sekiranya posisinya cukup adil bagi kami untuk mencapainya.Bagi saya tempat itu sangat mudah dicapai hanya tinggal menyebrang saja. Memang pilihan makananya tidak banyak, tetapi semangat nya hanya sekedar silaturahmi, tiada lain.

Sampai di lantai G saya bergegas ke tempat absen dan setelah itu menuju lobby untuk menyebrang. Pada saat menyebrang tiba-tiba terdengar bunyi klakson meraung-raung tanpa jeda seolah ada kejadian yang teramat penting di dunia ini. Apa gerangan penyebab kegaduhan ini, telinga saya pekak dibuatnya. Teliti-teliti saya baru sadar bahwa sebelah kantor saya adalah gudang entah gudang apa yang jelas banyak sekali di parkir mobil-mobil besar, truk box, juga teronton. Rupanya penyebab klakson bunyi tanpa henti adalah ada seorang pria mengendarai motor dengan posisi memalang pastinya dengan tujuan menghalangi arus jalan demi membebaskan jalan untuk sebuah truk melakukan parkir masuk ke gudang yang saya sebutkan tadi.

Pertanyaan nya adalah kenapa harus marah dengan membunyikan klakson tanpa henti? Bukankah si truk memang berhak untuk masuk ke gudangnya terlepas saat itu kemacetan jalan sedang mengular. Lantas dengan membunyikan klakson tanpa henti akan membuat semua persoalan itu selesai? Jakarta memang parah dengan segala fenomena hiruk pikuk manusia. Kata-kata sabar untuk saat ini sudah tidak berlaku lagi. kenapa pergerakan akhlak manusia menjadi seperti ini? Saya heran!!!!

Tentang anagustini

Semua bisa kecil tapi kalo semua berfungsi dengan baik, kenapa tidak.
Pos ini dipublikasikan di Prosa. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar